Ekonomi Sirkular dan Bank Sampah

Lyzia Nabilla
3 min readSep 24, 2020

--

Tulisan ini sebenarnya merupakan pengetahuan baru yang saya dapatkan sebagai side-effect dari project yang saya kerjakan beberapa waktu lalu bersama dosen saya yang luar biasa Ibu Rayuna Handawati S.Si M.Pd dan rekan satu tim saya yang tidak kalah keren Ka Nikita Theresia Afdan, Hafiz Riyadho dan Isti Syifa.

A circular economy is a regenerative system in which resource input and waste, emission, and energy leakage are minimized by slowing, closing, and narrowing material and energy loops. This can be achieved through long-lasting design, maintenance, repair, reuse, remanufacturing, refurbishing, and recycling. This is contrast to a linear economy which is a ‘take, make, dispose’ model of production.

Perbandingan sampah yang dihasilkan oleh ekonomi linier, ekonomi daur ulang, dan ekonomi sirkular.

Ekonomi Sirkular (Circular Economy) merupakan alternative pengganti ekonomi linier tradisional (produksi-gunakan-buang) yang merupakan cara agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin, dengan menggali nilai maksimum dari pengunaan, pemulihkan,dan reregenerasi produk dan bahan atau singkatnya adalah prinsip memaksimalkan nilai ekonomi dari suatu barang sisa konsumsi dengan memperpanjang waktu hidup (lifespan) barang tersebut.

Tujuan ekonomi sirkular:

  1. Ciptakan lapangan kerja baru
  2. Atasi perubahan iklim
  3. Mencapai nol sampah (zero waste)
  4. Ciptakan lingkungan yang bebas limbah beracun

Penerapan ekonomi sirkular akan mempercepat kemajuan Indonesia menuju poin penting dalam SDGs (Sustainable Development Goals) khususnya mengenai konsumsi dan produksi berkelanjutan. Keberlanjutan adalah system yang mengharuskan manusia untuk mampu memenuhi kebutuhan saat ini dengan memanfaatkan sumber daya tanpa mengurangi kemampuan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang.

Melakukan prinsip ekonomi sirkular ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut ini:

  1. Menerapkan penggunaan lagi atau reuse. Kita dapat menggunakan lagi kertas HVS yang baru digunakan satu sisi sehingga sisi yang masih kosong dapat digunakan lagi untuk dicetak atau sekedar untuk coretan. Buku-buku tulis, notebook, buku gambar dan lain-lain yang masih memiliki lembar kosong jangan langsung dibuang, kita dapat memanfaatkannya lagi untuk dijadikan buku catatan kecil atau pocketbook hanya dengan sedikit usaha dan kreativitas, dengan melakukan hal ini kita telah berkontribusi dengan menunda barang-barang tersebut menjadi sampah.
  2. Menggunakan barang dan refill atau isi ulangnya. Harga barang yang semakin murah membuat orang-orang malas melakukan isi ulang pada barang yang dimilikinya, sebagai contoh adalah spidol, pensil, bolpoin, dan produk rumah tangga, padahal banyak sekali dari produk-produk ini yang sudah diproduksi dengan isi ulang atau refill-nya. Mungkin terdengar sepele, namun ketika kita mau dan terbiasa melakukan isi ulang akan mempengaruhi produksi rangka spidol, bolpoin, pensil, dan botol-botol produk rumah tangga, karena kita menekan angka permintaan terhadap barang tersebut yang dominasi bahan produksinya adalah plastik.
  3. Remake dan repair, atau membuat kembali dan memperbaiki. Hal ini dapat kita lakukan pada produk fashion seperti baju, celana, dan sepatu. Baju yang mengalami luntur (bleached) dapat kita remake menjadi baju tie-dye yang sedang trend saat ini, sedangkan baju dan celana yang sobek kecil dapat ditambal dengan emblem dari pada langsung dibuang. Untuk sepatu kita dapat melakukan repair berupa jahit, ganti sol, atau repaint atau dilukis kembali.
  4. Menciptakan barang-barang yang punya kualitas dan ketahanan tinggi sehingga konsumen akan menikmati barang yang dapat digunakan dalam jangka panjang, bukannya barang minim kualitas yang cepat menjadi sampah.
  5. Selain hal-hal tersebut, yang paling esensial yang dapat dilakukan oleh siapa saja adalah dengan menjaga barang-barang yang kita miliki sebaik mungkin sehingga tidak mudah rusak dan dapat menunda waktu barang tersebut menjadi sampah.

Ketika barang-barang ini sudah tidak lagi dapat diperpanjang manfaat dan masa hidupnya, maka barang-barang ini akan menjadi sampah. Kita sudah tidak asing dengan istilah Bank Sampah — tempat kita menjual sampah yang kita hasilkan dan ditukarkan dengan uang. Setelah barang-barang yang kita miliki dan gunakan tidak lagi dapat dimaksimalkan penggunaannya dengan ekonomi sirkular, maka sampah ini dikumpulkan, dipilah, dan dijual ke bank sampah. Mungkin uang yang didapatkan dari penjualan barang ke bank sampah tidaklah banyak, namun yang harusnya menjadi tujuan kita adalah untuk kebaikan lingkungan. Sampah yang sudah dipilah dan dijual ke bank sampah akan diolah sesuai dengan jenisnya. Plastik akan di-recycle dan upcycle menjadi bahan bakar minyak dan biji plastik yang dapat diproses menjadi produk baru. Sampah organik akan dicacah dan diolah menjadi pupuk organik, konsentrat pupuk, dan media tanam. Sampah kertas, kaca dan logam akan dipilah dan didaur ulang.

Ekonomi sirkular ini bukanlah tindakan yang memerlukan biaya besar atau menyita waktu, cukup dimulai dengan menjaga barang yang kita miliki, memanfaatkan sebaik mungkin, dan merubah kebiasaan produksi-gunakan buang. Sudah saatnya kita peduli dengan lingkungan dan masa depan generasi berikutnya.

--

--

Lyzia Nabilla
Lyzia Nabilla

No responses yet